Senin, 10 September 2012

Bakpia Pathok 25: Legenda Kuliner Khas Kota Jogja


1343197776727886491Setiap daerah pasti memiliki sesuatu hal yang unik atau istimewa untuk membedakan dengan daerah lainnya. Kota Jogja sebagai kota tujuan wisata memiliki keistimewaan menarik wisatawan untuk berkunjung. Mulai dari wisata alam, sejarah, budaya dan kuliner. Begitu juga dengan bakpia dikenal sebagai salah satu kuliner khas kota Jogja selain gudeg. Setiap musim libur tiba, makanan khas ini menjadi salah satu oleh-oleh wisatawan untuk teman dan sanak saudara di rumah.
Bakpia Pathok 25 dikenal luas sebagai salah satu produk kuliner bercitra rasa istimewa dan menjadi legenda kuliner di kota Jogja. Setiap musim libur tiba, banyak wisatawan berkunjung di toko ini. Di mulai dari pintu masuk, para petugas parkir beradu peluit untuk mengatur hilir mudik laju kendaraan wisatawan yang diparkir di sekitar toko ini. Selasa, 06 Juni 2012 tim redaksi www.kotajogja.com berhasil menuntaskan rasa penasaran kami, kenapa Bakpia Pathok 25 bisa menjadi salah satu legenda kuliner di kota Jogja.
Matahari masih menyisakan kehangatan sinarnya dan begitu juga udara pagi masih memberikan kesegaran ketika kami sampai di tempat tujuan. Kedatangan kami disambut dengan hiruk pikuk kesibukan para pegawai dari setiap divisi. Dipandu oleh mbak Tira, salah satu staf Bakpia Pathok 25, kami didampingi untuk melihat proses pembuatan bakpia. Setiap divisi menangani proses pembuatan bakpia ini memiliki tanggunjawab besar  menjaga kualitas mutu dan citra rasa istimewa Bakpia Pathok 25.
Pada bagian dalam rumah, terdapat sebuah ruangan terbuka  difungsikan sebagai tempat mencampur adonan bakpia. Masih di tempat yang sama, kami melihat beberapa meja panjang difungsikan sebagai landasan pembentukan pola adonan. Selesai pada proses ini, adonan dimasukkan ke dalam oven besar yang menggunakan arang sebagai bara api untuk menjaga kualitas rasa alami dari bakpia tersebut. Sesampainya di ruang oven, kami sempat menanyakan sejarah berdirinya Bakpia Pathok 25 kepada mbak Tira.
“Bakpia Pathok 25 dirintis oleh ibu dari pimpinan kami Bapak Arlen Sanjaya yaitu Ibu Tan Aris Nio. Beliau memulai usaha ini dari proses coba-coba dengan hanya satu orang pegawai saja serta dibantu oleh lima putra putri beliau termasuk Bapak Arlen Sanjaya,” jawab Mbak Tira.
Disela-sela wawancara, kami juga mendapatkan informasi mengenai bakpia itu sendiri. Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina dengan nama Tau Luk Pia, yang memiliki arti kue kacang hijau. Kue ini mulai diproduksi di kampung Pathuk Yogyakarta sejak tahun 1948.
Pada waktu itu, bakpia masih diperdagangkan secara eceran dan pengemasannya pun masih menggunakan besek (tempat dari anyaman bambu) tanpamerk dan peminatnya pun masih terbatas.
Di tahun 1980an, nama Bakpia Pathok 25 sudah dipatenkan menjadi merk dagang dengan diiringi perubahan kemasan dari besek ke kardus. Di saat yang sama, ide tersebut diikuti dengan munculnya bakpia-bakpia lain dengan merk dagang yang sama dengan nomor berbeda. Demikian pesatnya perkembangan industri bakpia hingga menjadi salah satu ciri khas kuliner di kota Jogja hingga sekarang ini.
Dengan perjuangan yang gigih pantang menyerah, Ibu Tan Aris Nio mampu menjadikan Bakpia Pathok 25  menjadi makanan khas kota Jogja bercitra rasa istimewa. Keberhasilan beliau tidak terlepas dari proses regenerasi beliau dalam menjalankan usaha bisnisnya kepada putranya Bapak Arlen Sanjaya sehingga menjadikan Bakpia Pathok 25 menjadi besar. Sampai sekarang ini Bakpia Pathuk 25 memiliki beberapa cabang penjualan resmi yaitu Toko Ongko Joyo di Jalan AIPTU KS Tubun no 65, Pasar Pathok Jl. Bhayangkara, Toko Kembang Jaya dan Bandara Jaya di jalan Laksda Adisutjipto KM. 9 serta KM. 11.5.
Jam dinding terus berdetak hingga tepat di jam 09.45 wib, kami tim redaksi www.kotajogja.com berpamitan kepada mbak Tira pemandu kami. Dengan lambaian tangan kami meninggalkan Bakpia Pathok 25 yang telah menjadi salah satu ikon kuliner kota Jogja. (foto/teks/wawancara by: aan ardian/kotajogja.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share To