Selasa, 15 Mei 2012

Kim Dotcom, Si Hacker Bengal

detail berita
Kim Dotcom (foto: Google)
Kim Dotcom lahir dengan nama Kim Schmitz pada 21 Januari 1974. Ia juga dikenal dengan nama panggilan Kimble dan Kim Tim Jim Vestor. Sebagai seorang remaja, Kim mendapatkan reputasi lebih di Jerman karena meng-crack sistem perusahaan PBX yang ada di Amerika Serikat (AS), serta menggunakannya sebagai taruhan untuk berkarir dalam keamanan data.

Saat itu Kim yang masih berusia 19 tahun menyebut dirinya sebagai Kimble. Dia bermarkas di Jerman, serta menjadi pemimpin dari sekelompok peretas bernama Dope. Dia juga merupakan peretas paling terkenal di negaranya, tampil di German TV dengan penyamaran, serta  muncul dalam majalah German Capital edisi Desember.

Setiap hari sekira 12 jam, Kim muda duduk di depan terminal komputer miliknya untuk menembus sistem milik PBX di AS. Dia menggunakan sebuah program khusus buataanya sendiri yang diklaim bisa mengakses enam kode sehari.

PBX sendiri adalah sebuah perusahaan sistem telepon. Para peretas membobol sistem perusahaan itu untuk mencuri  nomor akses, yang bisa dijual kepada peretas lain, juga dijual kepada para kriminal yang menggunakan nomor tersebut untuk transaksi bisnis.

"Bagi saya, setiap PBX adalah sebuah pintu terbuka," sesumbar Kim muda seraya mengklaim telah menggondol 500 kode PBX, yang dibanderol Kim seharga USD200 per nomor. Jumlah persediaan yang besar, mengingat nomor-nomor itu bisa dijual ke lebih dari satu pelanggan.

Naas, peretasan tersebut kemudian membuatnya ditangkap dan mengantongi tuduhan telah menggunakan serta menjual nomor kartu kredit dan telepon hasil pencurian.

Kim yang kontroversial itu, seperti juga orang lain. Dia punya pekerjaan yang lebih 'biasa', misalnya, kadang-kadang dia bekerja menjaga keamanan sistem untuk bank-bank di Jerman.

Kimble juga membuat suatu telepon dengan enkripsi, yang diklaim tidak akan bisa disadap. Hanya dalam sebulan saja, telepon besutan Kim tersebut terjual 100 unit.

Pada 1994, lelaki bertubuh tambun itu mendirikan DataProtect, sebuah perusahaan keamanan komputer. Namun, empat tahun setelahnya, dia dijatuhi hukuman percobaan selam 2 tahun atas tuduhan penipuan dan menadah barang curian.

Lima tahun setelah pendirian itu, DataProtect bersama IVM Engineering menghasilkan Megacar. Bukan mobil biasa, Megacar yang diperkenalkan oleh perusahaan besutan Kim tersebut adalah Mercedes-Benz S-Class W220 yang dikalibrasi oleh Brabus.

Di dalam Megacar itu, Kim menyematkan server Windows NT, layar datar SGI seluas 17,3 inci, serta mengkombinasikan 16 modul GSM untuk menyediakan akses internet via mobile broadband.

Pada 2000, Kim menjual 80 persen saham DataProtect ke TUV Rheinland. Kemudian pada 2001, lelaki itu membeli saham sebuah perusahaann yang  hampir bangrkrut (LetsBuyIt.com) dengan harga USD375.000.

Dia kemudian mengumumkan akan menginvestasikan 50 juta Euro untuk perusahaan itu. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa dia tidak benar-benar memiliki uang. Tapi, pernyataannya menyebabkan saham meroket hampir 300 persen, yang kemudian dijual Kim dengan keuntungan USD1,5 juta. Atas kasus ini, dia ditangkap, dan kembali menerima hukuman percobaan dua tahun.

Bisnis Megaupload yang baru-baru ini mengantarkan lelaki flamboyan itu ke dalam tuduhan pelanggaran hak cipta, dibangun Kim pada 21 Maret 2005. Situs berbagi file dan penyimpanan online tersebut bermarkas di Hongkong, dan menjadi situs terpopuler ke 13 di internet.

Sehubungan dengan kasus tersebut, polisi menyergap tempat tinggal Dotcom Mansion berdiri di atas tanah dengan lahan seluas 24 hektare, tempat Kim bersama dengan 70 karyawannya mencoba mengendalikan 'bisnis hitamnya'.

Dalam penyergapan tersebut, pihak kepolisian setidaknya menyita 18 unit mobil mewah dengan nilai total mencapai USD4,9 juta, diantara mobil yang disita terdiri dari sebuah Rolls-Royce Phantom drophead coupe dan mobil klasik Cadillac 1959 warna pink.

Kim memang gemar memborong mobil mewah dan bahkan aksi gilanya dilakukan dengan memacu mobil itu sampai 320 km/jam di jalanan umum, kemudian mengunggahnya di situs YouTube.

Plat mobil yang dimilikinya juga cukup mengundang perhatian, seperti sebuah Rolls-Royce Phantom bertulis 'GOD', Mercedes-Benz bertulis 'HACKER' dan mobil lainnya yang juga ada label 'MAFIA'.(okezone.com)

Benarkah Software Open Source Jadi Solusi Pembajakan?


detail berita
Senior Director BSA, APAC, Tarun Shawney (foto: Yoga/Okezone)
JAKARTA - Berkurangnya penggunaan software bajakan di suatu negara bisa dikatakan sebagai tanda tumbuhnya kesadaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual.

Salah satu cara untuk mengurangi software bajakan, adalah dengan software open source. Tapi benarkah ini bisa jadi solusi?

Senior Director BSA, APAC, Tarun Shawney berpendapat penggunaan open source memang bisa membantu mengurangi pembajakan. Namun, hal tersebut tidak serta merta menjadi solusi.

Dia mengungkap beberapa hal yang umumnya jadi pertimbangan adopsi software open source dalam perusahaan.

Meskipun software tersebut bisa diperoleh tanpa biaya, menurutnya biaya akan keluar dalam hal support-nya. Cost untuk maintenance dan pengoperasiannya akan mahal.

"Open source bisa diperoleh dengan gratis, tapi tidak sepenuhnya gratis karena penggunanya akan perlu biaya maintenance," papar Shawney, di presentasi 2011 Global Software Piracy Study, di Jakarta, Selasa (15/5/2012).

Ketika mengalami kerusakan dan untuk masalah perawatan, perusahaan akan membutuhkan tenaga ahli yang bisa menyelesaikannya. Sedangkan pada software propietary cenderung tidak membutuhkan tenaga ahli untuk hal tersebut.

Selain itu menurutnya, salah satu kendala open source adalah program filenya yang cenderung tidak kompatibel dengan sistem operasi lain. Terlebih ketika file tersebut mesti dikomunikasikan dengan software propietary. (okezone.com)

Malware Semakin Ancam Perangkat Mobile

Andina Librianty - Okezone
Selasa, 15 Mei 2012 17:40 wib
detail berita
Raymond Goh - Fransiskus (Foto: Andina)
JAKARTA – Penjahat cyber punya banyak cara untuk melancarkan aksinya. Bahkan menurut Internet Security Threat Report Volume 7 Symantec, kerentanan mobile meningkat hingga 93 persen pada 2011.

Pertumbuhan perangka mobile merupakan peluang besar bagi para penjahat cyber. Diungkapkan Director System Engineering Asia South Region Symantec Raymond Goh, serangan mobile merupakan fokus pembuat malware, sehingga perangkat mobile menjadi sumber baru dari pelanggaran data.

“Kenapa perangkat mobile? Karena saat ini, hampir semua orang memiliki dan menyimpan informasi pribadinya di perangkat mobile,” kata Goh, saat mengungkapkan laporan Internet Security Threat Report Symantec Volume 17 di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (15/5/2012).

Ancaman mobile bukan hanya mencuri informasi, tapi juga ‘memata-matai’ dan menjadi salah satu cara untuk menghasilkan uang dengan SMS premium. Maka salah satu cara menghindari serangan malware, Goh menyarankan pengguna perangkat mobile untuk mengunduh aplikasi dari toko aplikasi yang resmi. “Ini untuk menghindari aplikasi jahat, karena ada aplikasi yang bisa mengirimkan SMS premiun dengan mengenakan biaya,” tambah Goh.

Di kesempatan yang sama, Technical Consultant Symantec Fransiskus Andi Indromojo, juga mengatakan banyaknya perangkat mobile membuka jalan untuk penjahat cyber. “Munculnya banyak device, seperti iPhone hingga Android, hal itu bisa membuka banyak pintu untuk ancaman mobile,” tuturnya.

Terlebih lagi, kata Fransiskus, saat ini banyak berkeliaran toko aplikasi yang tidak resmi sehingga mendongkrak berkeliarannya ancaman tersebut. “Banyak app store yang tidak resmi, sehingga juga ada aplikasi yang tidak aman. Bahkan praktisi IT saja kadang tidak tahu mana yang aman dan tidak,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, berbagai macam perangkat punya celah untuk disusupi malware sehingga disarankan pada pengguna perangkat mobile untuk waspada. “Segala macam perangkat punya celah atau bisa dikatakan tidak ada yang aman. Karena itu, kita harus lebih aware,” pungkasnya.

Share To